Quarter Life Crisis: Berdialog dengan Diri Sendiri

Hidup adalah perjalanan penuh ketidak pastian. Kemarin langit mendung tapi ternyata tidak hujan. Hari ini terlihat cerah namun kemudian hujan datang tanpa diduga. Lalu bagaimana dengan besok? Tentu saja tidak ada jawaban yang pasti. Hal yang bisa dilakukan hanyalah menyiapkan payung agar terik ataupun hujan yang bertandang tidak lagi menjadi masalah. 
 
Memasuki usia kepala 2 menjelang kepala 3, semua yang tersaji seakan tidak pasti. Mimpi-mimpi yang dulu dirajut tidak lagi menjadi simpul yang utuh. Segalanya terkoyak oleh realitas hidup yang jauh dari angan-angan. Pikiran dan batin sudah tidak sejalan namun kaki harus tetap berdiri agar dunia tidak menertawakan jiwa yang malang.
 
Setiap waktu, kepala dirundung oleh banyak pertanyaan yang tidak terjawab. Siapa kamu? Dimana kamu? Untuk apa kamu hidup? Akan bagaimana kamu hidup? Mengapa kamu seperti ini? Kenapa kamu tidak seperti mereka? Apa sebenarnya yang kamu mau? Sampai kapan kamu seperti ini? dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang menjadi beban pikiran.

Setiap pertanyaan tentu tidak datang begitu saja. Ada situasi kompleks yang menempatkan kamu berjalan penuh kebimbangan. Mulai dari meniti karir yang ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan, ekspektasi yang terbentuk dari standar hidup sosial, tuntutan persaingan disaat merasa tidak memiliki kelebihan apapun, belum lagi soal percintaan dengan segala problematikanya. 

Di saat kamu bangun tidur dengan penuh keresahan, di saat yang sama kamu melihat teman-teman mu hidup dengan sangat baik. Mereka memiliki pekerjaan dan tidak risau soal finansial. Banyak dari mereka sudah memutuskan untuk menikah. Bahkan beberapa sudah lengkap dengan kehadiran buah hati.

Dengan situasi yang kian hari seakan tak terkendali, kamu pasti merasa terjebak. Motivasi yang dulu menjadi bahan bakar agar api mimpimu tetap menyala kini meredup. Kamu merasa berjalan di persimpangan. Tidak bisa menentukan harus berjalan keman. Tidak tahu jalan mana yang tepat dan takut akan tersesat. Menghadapi situasi seperti ini memang tidak mudah. Tapi itu adalah fase dalam hidup. Mau tidak mau kamu harus melewatinya.

Agar tetap waras dalam situasi yang gila, kamu harus lebih mencintai dirimu sendiri mulai sekarang. Berhenti membandingkan hidupmu dengan orang lain! Setiap orang memiliki jalannya sendiri. Jika kamu merasa berada di persimpangan, kamu harus berdialog dengan nuranimu untuk memutuskan apakah kamu mau hidup dengan jalanmu atau jalan mereka.

Mencintai diri sendiri juga berarti menghargai usaha-usaha yang telah kamu lakukan untuk bertahan sejauh ini. Sekecil apapun usaha yang telah kamu upayakan, jangan merasa rendah diri. Sebaliknya, seringlah berterima kasih pada diri sendiri untuk membangun positive vibes. Dengan begitu, kamu jadi lebih percaya diri ketika bangun di pagi hari.

Selain mencintai diri sendiri, memiliki support system yang baik akan membuat segalanya lebih mudah. Genggamlah orang-orang yang membuat kamu merasa nyaman dalam kondisi apapun. Orang yang selalu mendengarkan ceritamu dan percaya dengan kemampuanmu. Orang yang tidak akan menjatuhkanmu dan selalu menyuntikkan energi positif ketika kamu berada di titik terendah.

Pada akhirnya, semua akan berlalu dan kamu harus tetap bertahan. Yakinlah jika hal yang sulit akan membuat kamu hidup lebih baik nantinya. Hidup dengan psikis yang siap menerjang badai sebesar apapun tentu akan lebih bermakna daripada hanya sekedar bergelimang harta bukan?

Comments

Popular Posts